Dalam buku-buku sejarah, penemuan ilmu pengetahuan dimulai dan dipelopori Barat pada masa renaisans abad 15. Sebelum itu, tulis Lecomte du Nouy, sains terutama astronomi, kemudian fisika, dan biologi mengenyampingkan pandangan-pandangan mistik yang melandasi doktrin gereja mengenahi asal-asul dan pra sejarah bumi. Sehingga membuat marah otorisasi gereja, dan gereja berperang terus menerus melawan sains. Kasus Galileo adalah contoh konkrit bentuk perlawanan gereja terhadap sains.
Departemen Curia Roma, organ administrative Paus, sebagai penguasa tertinggi gereja Katolik Roma pada tahun 1616 telah mengundangkan sebuah dekrit bahwa tesis heliosentris dalam astronomi secara formal dianggap klenik, takhayul, bid’ah, dan khurafat, dan pada tahun 1663 melalui badan penelitian the Holy Office gereja memerintahkan menghukum Galileo (Charles Journet dalam Thomas E O’Dea, ‘Sosiologi Agama, 1996). A.C.Crombie membuat kesimpulan bahwa perkembangan teknologi yang terus menerus sejak tahun 1300, kaum Kristen Barat banyak menggunakan teknik-teknik,baik yang tidak diketahui maupun belum berkembang sejak di kerajaan Romawi. Menjelang tahun 1500 negara yang paling maju di Barat telah mencapai pengetahuan dibidang teknik yang jelas lebih tinggi dibanding masyarakat yang lebih awal. Filosof Perancis,, Rene Descartes (1596-1650) menegaskan bahwa sains akan menjadikan manusia “tuan sekaligus pemilik alam” Manusia modern, kata Descartes, mengembangkan ‘mentalitas pemecahan masalah’ yang merupakan awal proses sekularisasi.
Marilah kita tiup ‘debu-debu sejarah’ itu.
|
Ibnu Haitham |
Ibnu Haitham sebagai seorang dokter ahli mata, menulis deskripsi anatomic mata yang benar untuk pertama kali. Pada tahun 1000 masehi, di Baghdad seorang dokter mata yang bernama Al Maswili dapat menyembuhkan katarak dengan disedot dengan jarum bolong. Operasi semacam itu baru dapat dilakukan di Barat pada tahun 1846 oleh dr.Blanchet.
Ibnu Navis, pensyarah Ibnu Sina (dan meninggal pada tahun 1288), telah menemukan sirkulasi darah empat ratus tahun sebelum Harvey dan tigaratus tahun sebelum Michel Servet. Ibnu Al Kuff memberikan deskripsi tentang kapilaires yang hanya dapat diselidiki oleh Malphigi dengan miskroskop pada tahun 1600, yakni tiga abad kemudian. Vaksinasi anti cacar dengan incision (membuka kulit) untuk memungkinkan masuknya sedikit kotoran postula yang kena virus (virulent) telah dipraktekkan oleh orang Arab-Islam 10 abad (1000 tahun) sebelum Jenner. Ahli bedah dari Andalus, Aboul Qosim (meninggal pada tahun 1013) menyelidiki TBC tulang punggung tujuhratus limapuluh tahun (7 setengah abad) sebelum PercivalPott (1713-1788) yang mempraktekkan penyambungan pembuluh darah pada waktu amputasi enam ratus tahun sebelum Abroise Pare (1517-1590). Aboul Qasim juga menciptakan alat-alat operasi yang baru bagi dokter-dokter mata, dokter gigi dan ahli-ahli bedah.
Pengaruh Islam tidak hanya terasa dalam buku-buku hukum. Adalah sangat menarik perhatian bahwa dalam suatu benteng orang-orang salibiah di Palestina, dokter-dokter Arab-Islam sesudah pertempuran datang ke tempat-tempat orang-orang Kristen untuk merawat tentara yang luka. Dokter-dokter tersebut terkenal dengan keahliannya. Semangat ksatria dari Salahuddin yang mengusir kaum salibiah menjadi lagenda, dan budi pekerti prajurait-prajurit Barat yang kebanyakan masih bersifat barbar menjadi halus karena bergaul dengan musuh-musuh mereka yang beragama Islam. Baik di tanah suci Palestina , maupun di Sicilia, prajurit-prajurit dari kelompok Jerman memerlukan ziarah ke istana Kaisar Frederic II de Hohenstaufen yang terkenal dengan kekagumannya terhadap kebudayaan Islam.
Dari abad ke-9 pelaut-pelaut Muslim mengarungi Samudera India. Pada abad 10, yakni 300 tahun sebelum Marcopolo (1254-1324), pedagang Muslim bernama Sulaiman, memberi gambaran tentang negeri Cina. Duaratus limapuluh tahun kemudian Laksamana Ceng Ho melakukan ekspedisinya pada tahun 1405 M, dan pelayaran itu diilhami oleh pelaut-pelaut Islam. Laksaman Ceng Ho terkejut ketika singgah di kota-kota pesisir Jawa bahwa ternyata komunitas Cina Muslim telah lama menetap di kota-kota pessir Utara Jawa, diantaranya di kota Pasuruan. Hal inilah yang dapat menjelaskan bahwa akibat dari penemuan-penemuan ilmuwan Muslim tentang astronomi, navigasi, kompas pada abad 9 memungkinkan komunitas Islam, Hindu, Budha singgah dan membentuk sebuah kota-bandar yang kemudian dikenal dengan Pasuruan, dan Laksaman Ceng Ho memberi nama Yang Wang (Kaji Karno, ‘Yang Wang: Pasuruan Kota Multikultural, 2008).
|
Ibnu Batutah |
Ibnu Batutah (1304-1356) seorang pemikir yang luas dan seorang pengembara yang besar, mengelilingi negara-negara Arab dari Timbuku sampai Bukhara, kemudian lewat Afganistan dan India, untuk sampai ke Ceylon, dan negeri Cina di Kanton. Buku memoarnya menunjukkan hal-hal yang menakjubkan. Di istana Raja Roger II dari Sicilia (walaupun pulau tersebut sudah diambil kembali dari tangan orang-orang Arab), seorang ahli geografi yang bernama Idrisi (lahir di Kalkuta tahun 1101) menulis karangannya, Liver de Roger (Kitab Raja Roger) dengan peta-petanya. Buku tersebut merupakan deskripsi yang paling lengkap tentang dunia abad pertengahan, dan memberikan konstribusi besar terhadap pelayaran orang-orang Sicilia secara langsung dan kepada orang-orang Sicilia dan kepada orang-orang Catalan dan Portugis dengan melalui orang-orang Genoa secara tidak langsung.
Peta-peta tersebut didasarkan atas penetapan matematika tentang garis melintang, garis bujur, dan hal ini merupakan suatu system proyeksi yang mendahului sistemnya Marcator ahli geografi 500 tahun kemudian dan juga merupakan penyelidikan tentang ‘precicion’ (penerapan) dalam memberi batasan kepada gambar-gambar tepi sungai dan tempat mengalir airnya. Ibnu Majid anak dari keluarga penunjuk jalan bagi kapal-kapal, lahir kurang lebih tahun 1430, menulis buku Liver sur les principes de la nautique et les regles (Prinsip-prinsip Ilmu Pelayaran dan Aturan-aturannya). Ia dijuluki ‘singa prahara’, yang telah menunjukkan jalan pada armada Portugis yang dipimpin oleh Vasco de Gama, dari Melende di Pantai Afrika ke Calcutta pada tahun 1498. Vasco de Gama sendiri menganggap Ibn Majid sebagai kekayaan besar yang terpendam.