Sejarah Amerika Serikat (AS) kerap menyimpan fakta mengenaskan. Salah satunya; penghapusan bahasa asli Indian; Apache, Shoshone, Navajo, Sioux, Cherokee, dan masih banyak lagi. Sebelum Perang Saudara 1861-1865, kulit putih AS nyaris merampas seluruh 'tanah perburuan' -- atau tanah pusaka leluhur -- masyarakat Indian. Mereka memaksa Indian masuk ke kawasan reservasi, semacam ghetto bagi masyarakat Yahudi di Eropa.
Di kawasan reservasi, dengan rumah-rumah sederhana terbuat dari kayu, orang-orang Indian secara sistematis dipaksa mengubah kebiasaan hidup. Mereka harus tunduk pada berbagai macam larangan, salah satunya penggunaan bahasa nenek moyang. Jika ada penghuni reservasi menggunakan bahasa nenek moyang, penguasa kulit putih akan menangkap dan menghukumnya; menyikat mulut sang Indian dengan sikat kuda. Ini hukuman simbolis, bahwa bahasa Indian adalah noda yang harus disikat sampai bersih dari mulut masyarakatnya. Orang Indian dipaksa menggunanakan Bahasa Inggris, dengan sesama, di dalam keluarga, atau dengan siapa saja di dalam dan luar kamp reservasi.
Ketika Jenderal Douglas McArthur harus memenuhi janjinya kembali ke Pasifik dan mengalahkan Jepang, AS kelimpungan mencari bahasa komunikasi radio pasukan garis depan dengan markas besar di kapal induk. McArthur sadar kekalahannya di Corregidor, yang membuatnya harus meninggalkan Filipina, disebabkan oleh terbongkarnya bahasa sandi marinir AS.
Philip Johnston, seorang putra misionaris yang tinggal di kawasan Indian, mengusulkan Bahasa Navajo sebagai alat komuniksi di Pasifik. Gagasan penggunaan bahasa Indian bukan baru. Pada Perang Dunia I, Divisi ke-36 AS menggunakan Bahasa Choctaws untuk menginformasikan posisi musuh dari parit-parit perlindungan.
Stephen Huffman, dalam tulisan berjudul Cryptologia, mencatat pasukan AS menggunakan Bahasa Indian Comanche, Chippewas, Oneidas, Sac-Foxes, dan Muskogees, setelah pendaratan di Normandia. Jerman bisa menangkap komunikasi radio pasukan AS, tapi tak tahu bahasa yang digunakannya. Kepada pemimpin tertinggi pasukan AS di Pasifik, Johnston mengatakan dirinya yakin tidak ada orang Jerman, Jepang, dan Italia, yang sempat mempelajari bahasa-bahasa Indian, terutana Navajo. Saat itu masih ada 500 ribu penutur Bahasa Navajo. Johnston mengusulkan agar direkrut sejumlah orang Navajo ke dalam pasukan AS di garis depan.
Usulan Johnston diterima. Dalam Pertempuran Guadalcanal, yang mengawali kemenangan AS di Pasifik, orang Navajo berkomunikasi dengan markas pasukan di kapal induk dengan bahasa nenek moyangnya. Ia menginformasikan lokasi meriam Jepang, yang memudahkan penembak meriam di kapal induk menghancurkan posisi musuh.
Bahasa Navajo juga digunakan dalam Pertempuran di Bougainville, Saipan, Tinian, Guam, Peleliu, Ivo Jima, dan Okinawa. Selama pertempuran di Iwo Jima, enam operator radio Indian Navjo mengirim 48 pesan, dan tak satu pun bisa diterjemahkan Jepang. Selama pertempuran Pasifik, Indian Navajo mengirim sekitar 800 pesan, yang sama sekali tidak bisa diterjemahkan siapa pun kecuali penggunanya.
Itulah ironi. Selama lebih seratus tahun AS berusaha
menghapus bahasa-bahasa Indian dari mulut pemiliknya, tapi harus menghadapi
kenyataan betapa bahasa-bahasa itulah yang menyelamatkan mereka dalam perang.
Lebih ironis lagi, orang Navajo harus menunggu 69 tahun untuk mendapatkan
penghargaan atas jasa bahasa mereka. Adalah Presiden George Bush yang
memberikan penghargaan Congressional Gold Medals kepada
Indian Navajo pada 26 Juli 2001.
|
Contoh : Bahasa Navajo |
Dalam bentuk yang lain, Jenderal Franco melakukan hal serupa saat menjadi diktator fasis di Spanyol. Ia mengeluarkan undang-undang yang melarang penggunaan Bahasa Katalan dan Basque.
Tidak ada data berapa penduduk Katalan dan Basque yang harus menjalani hukuman akibat melanggar undang-undang ini. Yang pasti, orang Katalan melakukan perlawanan diam. Orang Basque menempuh jalan kekerasan dengan membentuk gerilyawan ETA-Basque.
Meski Franco telah lama mampus, dan Spanyol mencabut undang-undang itu, luka masyarakat Katalan dan Basque terlanjur menganga dan abadi. Mereka menolak menyanyikan lagu kebangsaan dalam bahasa Spanyol. Pemerintah Spanyol mengambil jalan tengah dengan menghapus lirik dalam lagu kebangsaan.