Margarethe Gertruide Zelle, gadis yang lahir 7 Agustus 1876 di Leeuwarden, Belanda. Ia seorang penari orientalis,
pelacur sekaligus spion (detektif) politik untuk pemerintah Jerman dan Perancis
saat Perang Dunia I. Perempuan dengan keindahan tubuh yang menarik hati para
kaum adam ini adalah buah hati dari pasangan Adam Zelle (2 Oktober 1840 –
13 Maret 1910) dan Antje van der Meulen (21 April 1842 – 9 Mei 1891) keluarga
pemilik toko topi, dan pengusaha minyak Belanda yang sukses.
Namun pada Tahun 1889, Kebangkrutan bisnis orang tuanya
membuat hidupnya berubah terbalik. Orang tuanya bercerai, ibunya meninggal. Akhirnya, Margaretha memutuskan untuk pindah dan hidup
bersama walinya, Mr. Visser, di Sneek, Leiden. Disana, ia belajar untuk menjadi
calon guru taman kanak-kanak, namun ia dikeluarkan ketika ia diketahui
berskandal dengan kepala sekolahnya.
Dengan kehidupan seperti itu, saat usia 18 tahun ia kemudian
dinikai oleh seorang pegawai militer Belanda, Rudolf John MacLeod, yang
usianya 20 tahun lebih tua. Pernikahan itu, membuatnya mengikuti sang
suami yang pergi ke Indonesia karena tugas militernya. Ambarawa, Semarang
adalah kota pertama yang ia singgahi di Indonesia. Margarethe senang dengan rumah serta lingkungan di Semarang yang nyaman.
Kemudian ia berpindah kota lagi ke Tumpang – Malang karena suaminya harus
berpindah tugas.
Tak seperti
nyonya-nyonya Belanda lainnya, Margarethe
mulai mengagumi tarian Serimpi yang ditarikan oleh penduduk di candi Kidal,
candi Singosari. Kepada para relasinya, ia memberikan nama inisial sebagai
Matahari yang artinya Sang Surya. Tugas sang suami menjadikan hidupnya selalu
pindah kota yang kemudian membawanya berpindah ke Sumatra (1897-1902). Ia pernah ditinggal mati anak laki-lakinya akibat
keracunan, yang kemudian bercerai oleh suaminya Tahun 1906.
Setelah perceraiannya, Margarethe pergi ke Paris dengan tujuan memahami
balet yang kemudian timbul niatan Margarethe untuk menjadi penari orientalis di
sebuah klab malam. Meski tidak tahu banyak tentang kesenian jawa, ia mencoba
menari sebisanya, dengan pakaian yang ia buat sendiri namun dengan khas
ketimuran. Ia memang cocok dianggap sebagai orang timur, hal ini dikarenakan
rambutnya yang hitam kelam dan kulitnya yang kecoklatan yang membuat decak
kagum para penonton dan menjadikan hidupnya dengan kemewahan. Namun
dikota ini takdir sang penari menjadi seorang mata-mata dimulai.