Anda merasa tak puas dengan tampilan fisik anda? Atau mungkin tak suka dengan beberapa sifat pribadi anda sendiri yang anda anggap negatif? Tak sedikit orang merasa demikian.
Setiap manusia lahir membawa DNA [DeoxyriboNucleic Acid] dan gen tersendiri. Kedua ‘cap’ molekuler dalam sel inilah yang akan membedakan seseorang dari orang lain dalam tampilan fisik, sifat, kecenderungan, kemampuan, dan semacamnya.
Inikah takdir? Adakah ruang bagi manusia untuk menerobos batasan-batasan ini?
Temuan mutakhir mementahkan postulat sains tentang adanya pre-destinasi itu. Gen dan DNA ternyata tidak tetap. Ia bisa diubah oleh tindakan sadar manusia.
Ya, selama kurang lebih dua abad sejak Gregor Mendell menemukan gen dan DNA dalam sel tubuh manusia pada 1866, manusia terpenjara oleh predestinasi: bahwa sifat dan kecenderungan manusia itu bawaan sejak lahir, dan setiap individu tunduk pada hukum itu. Karena itu, selama dua abad, luas jangkauan pendidikan pun sudah ditetapkan.
Bahkan praktik-praktik keagamaan, ubudiyah maupun muamalah, terbatas pula dalam usaha penyempurnaan akhlak manusia. Bukankah buktinya terlihat di Indonesia? Semua penduduk beragama, yang tidak bisa dihitung jari. Namun penyelewengan moral, keterbelakangan ilmu, kelemahan mental, kejumudan pikiran, juga ada di sini. Tapi sekarang, kita sudah terbebas dari penjara sangkaan sains itu. DNA dan gen pada sejumlah orang ternyata berubah setelah orang-orang itu mengubah gaya hidupnya selama beberapa pekan. Pikiran dan perilaku anda sendiri mengubah gen dan DNA anda!
Temukan diri baru !!
Apa yang anda lihat sebagai ‘diri’ anda, termasuk tubuh anda, adalah visualisasi dari pikiran anda. Kumpulan sejumlah citra visual yang tersimpan dalam memori foto otak anda. Bila anda mengubah citra itu, maka tubuh pun akan menyesuaikan diri dengannya. Sel-sel tubuh anda yang berjumlah 30 trilyun itu mengikuti dan merespon pikiran anda. Bila anda senang, kulit anda tanpak segar, bercahaya. Bila anda sedih dan murung, kulit pun terlihat kusam. Itu baru kulit.
Bila anda merasa bentuk dan tampilan tubuh anda tak menunjang kepercayaan diri, maka yang pertama kali harus diperbaiki bukan tubuh anda, dengan senam aerobik atau berlangganan salon kecantikan, atau menjadi pelanggan penyembuhan spiritual, tapi pikiran tentang badan anda itu.
Ayolah terus terang: Kebanyakan orang tak puas dengan tubuh mereka sendiri. Karena itu mereka yang beruang rela mengeluarkan puluhan juta rupiah tiap bulan agar tubuhnya tampak meyakinkan. Apalagi bila menyadari usia yang tak bisa dilawan, semakin banyak uang yang diperlukan untuk mempertahankan tubuh agar tetap muda.
Nah, perasaan kurang dalam pikiran ini direspon oleh sel-sel tumbuh anda dan jadilan tubuh anda memang selalu tampak ada yang kurang. Tubuh anda selalu mengkonfirmasi pikiran anda.
Kalau sudah sampai tahap ini, maka tubuh anda adalah ilusi.
Sialnya, pikiran ini diperkuat oleh iklan media, promosi gaya hidup ‘sukses’, sehingga tiap kali anda melihat tubuh anda di cermin, selalu terihat ada yang kurang.
Cara-cara lama membaguskan tubuh harus diganti. Perhatian utama hendaknya tidak lagi kepada bentuk bokong, payudara, alis, rambut dan busana, tapi kepada konsep tentang diri, termasuk di dalamnya tentang tubuh.
Memang harus agak esktrem dan radikal, tapi itu perlu bila kita ingin merdeka dari pendiktean pikiran sendiri yang menyebabkan kita boros dan selalu tak puas mengurus tubuh yang cuma satu-satunya ini. Secara biologis, tubuh manusia itu sempurna. Mulailah berpikir demikian. Tubuh anda itu sempurna. Tidak kurang satu apa pun!
Gugat dan pertanyakan citra kecantikan yang selama ini tanpa sadar anda terima dari orang lain. Kenapa gigiku harus dirante? Apa memang benar terlihat lebih elok? Kenapa pula aku mencat rambut jadi pirang? Bukankah banyak orang berambut pirang yang jelek? Kenapa juga aku sekarang lebih sering pake celana senam yang mencetak bentuk betis, paha dan pantat ke mall? Kata siapa itu elok?
Pernahkah anda terkesan oleh seorang tua yang tampilan fisiknya menarik? Tanpa banyak asesoris? Dengan pakaian yang sangat sederhana? Pikirkan itu. Penuaan adalah bagian penting dari kesempurnaan manusia. Citra tentang tua lain lagi. Itu dibentuk oleh kebudayaan dan pandangan sosial yang bisa berubah tiap zaman. Lalu kenapa kita sekarang tak bisa mengubahnya?
Budaya pemujaan kepada kemudaan sebenarnya baru berumur kurang lebih dua generasi. Tiga generasi lalu, orangtua menempati posisi dambaan di berbagai masyarakat dunia. Sebelum menjamurnya kebudayaan pop dengan Bollywoodnya, orang tua dianggap lebih keren di India. Pun, di masyarakat Nusantara dulu, gadis-gadis ditawar-tawarkan atau menawarkan diri kepada orang-orang tua. Salah satu contohnya adalah Raden Ajeng Kartini, yang ironisnya menjadi kampiun emansipasi.
Di Minangkabau dulu, perempuan-perempuan berumur lebih menarik para jejaka. Bahkan kata ‘perempuan’ pun berasal dari kebudayaan ini. Akar katanya ‘empu’, artinya yang memiliki. Syahdan, perempuan-perempuan Melayu yang sudah berumur memiliki sex appeal yang lebih ketimbang abege yang sering dibilang ‘bau kencur’.
Dan tak perlu membuat batasan sendiri pada ketuaan. Suatu saat saya chat dengan seorang teman lama di fesbuk. Kami dulu satu grup band. Saya tanya dia apa masih main musik? Dia bilang: “Ah, sudah lama tidak. Sudah umur segini kok. Malu oleh anak.”
Dia membuat batasan yang memenjara dirinya sendiri. Saya bilang saya justru makin meningkatkan kegiatan bermusik. Saya bikin lagu; mempelajari teknik-teknik mutakhir improvisasi pada gitar. Dan tidak ada yang menertawakan saya. Kenapa malu? Kalo pun ada, tak akan saya pedulikan.
Sekarang, pembatasan umur dalam penerimaan pekerja baru di perusahaan-perusahaan negara maju dianggap sebagai diskriminasi. Rupanya mereka baru sadar, umur bukan hambatan dalam berkreasi, beproduksi, berprestasi.
Ingat Susan Boyle yang memenangkan Britain Got Talent dan menjadi bintang dunia pada usia 47 tahun? Atau George Foreman yang menjadi juara tinju dunia? Juga pada usia 47 tahun?
Dan tahukah anda, dengan tidak berpikir bahwa anda tua maka penuaan pun berhenti pada tubuh anda? Sebab sel-sel tubuh tidak menerima lagi informasi dari otak bahwa anda tua, dan karena itu mereka tidak lagi berekspresi sebagai tua.
Bayangkan kalau ini diperkuat pola makan, dengan memperbanyak mengkonsumsi buah-buahan dan sayuran segar.
Tubuh adalah ungkapan dari jiwa. Dari satu kesadaran. Jiwa dan kesadaran itu tidak mengenal batasan gen dan DNA. Juga tak terkena hukum waktu. Cara pandang seperti ini efektif pula untuk menyembuhkan penyakit berat. Bukankah kanker itu penggandaan gen dalam pola yang tidak dikehendaki? Maka lawanlah dengan pikiran. Berpikirlah bahwa anda sehat dengan mempraktikkan pola hidup sehat: mengkonsumsi makanan sehat, berolah raga rutin, berekreasi, berpikir rileks dan menikmati hidup semaksimal mungkin, maka si gen abnormal itu akan menyesuaikan diri dengan pikiran sehat anda.
Ini berlaku untuk penyakit-penyakit lain yang dianggap bersandar paga gen, seperti diabetes, obesitas, polio dsb.
Pada satu sisi, tubuh pun adalah penyalur energi, kreatifitas dan kecerdasan dari sebuah kesadaran. Kesadaran itu berada di luar tubuh anda, mengatasi ruang dan waktu. Engkau merasa dan mengalami berbagai hal melalui telinga, lidah, tangan, kaki, dan pikiran. Pada saat yang sama, engkau pun melepas rasa sedih, gembira, marah, senang kepada apa pun yang ada di sekeliling engkau.
Dengan iradah yang kuat setiap orang bisa melakunan rakayasa genentik dan DNA, dengan mengubah kebiasaan dan gayahidup. Sumber rekayasa DNA dan gen adalah otak. 100 milyar neuron dalam otak anda bekerja berkoordinasi tanpa henti untuk menerjemahkan pikiran anda, lalu simpul-simpul neuron yang terbentuk mengirim informasi kepada tubuh. Kemudian, syaraf-saraf tubuh berkoordinasi pula untuk menyesuaikan diri dengan perintah-perintah otak itu.
Tetapi, menurut penilitian itu juga, informasi dalam otak pun bisa diubah oleh tindakan-tindakan anda. Sementara tubuh adalah penerjemah atau pengungkap pikiran, pada saat yang sama perilaku dan sikap anda bisa membentuk pikiran anda.
Nah, dalam ‘proyek’ pembaharuan diri, yakni usaha memperbaiki diri, akan terasa berat karena anda harus melawan pikiran anda sendiri yang bermasalah dengan perilaku sebaliknya. Misalnya, anda berpikiran bahwa kurang tidur menyebabkan lesu karena itu anda tidur 8 jam sehari sesuai informasi ilmiah dunia kesehatan. Tapi coba bangun tiga perempat malam, mandi, tahajud, membaca al-Qur’an, mengerjakan tugas, mencuci, menyiram tanaman, sampai anda bertugas ke kantor. Setiap hari. Sehingga tidur anda tak lagi 8 jam, tapi 6 jam per hari. Anda akan baik-baik saja. Malah lebih segar!
Dengan gen dan DNA baru, anda pun mempunyai diri baru yang jauh lebih baik dan up-to-date. Langkah utama adalah mencampakkan persepsi lama yang usang dengan pikiran, sikap, dan gayahidup baru. Perlu waktu dan suasa khusus untuk melakukan pekerjaan pembaharuan ini.
Nah, waktu mana lagi yang lebih cocok selain Ramadhan?
Menurut seorang ahili fisika kuantum, satu partikel sub-atomik berubah gerak, maka pola gerak seluruh alam semesta pun merespon dan menyeusaikan diri dengan gerak baru partikel itu. Sekarang, bila gen dan DNA anda berubah, diri anda pun berubah. Dan, diri anda yang baru itu memancarkan vibrasi baru yang menimbulkan perubahan pada komposisi fisik maupun non-fisik ruang sekitar anda dan semesta.
Di sinilah kenapa Islam menekankan ibda bi-an-nafsik [mulailah dari dirimu sendiri] dalam melakukan perbaikan. Sangat logis, karena begitu diri anda berubah, lingkungan anda ikut berubah mengikut vibrasi baru dari diri anda. Tapi, perubahan itu mungkin saja anda tidak liat secara kasat mata.
Dengan kemungkinan mengubah gen dan DNA, tentu bukan berarti anda bisa berubah bule jadikayak George Clooney atau Jenifer Lopez, karena seperti dalam hal-hal lain, dalam rekayasa gen dan DNA pun ada pengecualian. Namun anda bisa mempunyai kesadaran baru, diri baru, yang melihat segala sesuatu dengan perspektif baru.
Diri baru itu pun akan tampak pada tubuh anda. Anda tampak lebih sehat, pede, dan indah – kalau itu yang anda mau.
Maka, orang yang sedang memperharui dirinya adalah orang yang sedang mempaharui keadaan sekitar dan di luarnya. Ia jauh lebih efektif dari demonstrasi ribuan orang, dengan teriakan-teriakan parau, memancarkan energi negatif kemana-mana, dan sering tak mengubah keadaan. Malah memperburuk. Bukankah telah ribuan kali demonstrasi jalanan mengecam korupsi? Menuntut pejabat A diseret ke kurung besi? Atau dipancung? Atau ditembak mati?
Akan lain hasilnya bila seseorang atau beberapa orang melakukan ibda b an-nafsik, dengan tidak membayar lebih dari biaya resmi ketika membuat KTP, SIM, atau surat izin ini-itu; tidak mencoba menyogok polisi ketika ditangkap karena melanggar peraturan lalin; tidak member hadiah berlebihan kepada guru sekolah anak-anaknya; menolak membayar pungutan liar di sekolah atau di tempat-tempat lain.
Memang itu semua itu menimbulkan kesulitan bagi si ‘pejuang perubahan’, tapi itulah makna perjuangan yang sebenarnya. Bila ia berhasil, di mengubah keadaan dalam arti yang sebenarnya. Bayangkan bila itu dilakukan beberapa, puluhan, ratusan kemudian ratusan orang!. Dan itu semua dimulai dengan satu hal: kesadaran. Keasadaran adalah aktifitas ruh.
Persoalannya, banyak tubuh yang tak terhubung dengan ruh. Hanya sebuah mekanisme syaraf tanpa kesadaran ruhani. 80persen gerak tubuh begini tanpa sadar. Mulai bangun pagi, mandi, sarapan, pergi ke kantor, mengerjakan tugas-tugas, karena rutinitas saja – karena kebiasaan. Pikiran dan kesadaran nyaris tak pernah benar-benar terpusat pada yang sedang dihadapi dan dilakukan. Sedang mandi pikiran di mall. Sedang sarapan pikiran sudah di siang nanti makan siang di mana. Sedang nyetir pikiran sudah di kantor, rencana ketemu si anu, berjumpa si ana.
Pikiran-pikiran liar itu pun acapkali disertai emosi negatif: takut janji tak terkejar; takut pangajuan tak disetujui; takut mitra membatalkan sepihak; dan semacamnya. Walhasil, anda gelisah terus menerus.
Tadarrus, itikaf, shalat malam, yang pada bulan-bulan lain hanya sesekali saja anda lakukan, kini kita lakukan setiap hari. Selama sebulan penuh. Kita diberitahu sains bahwa perubahan pola perilaku secara terus menerus dalam beberapa pekan sana bisa mengubah gen dan DNA. Ini sebulan penuh!
Muslim yang mengerjakan semua anjuran keutamaan Ramadhan akan menemukan diri baru yang jauh lebih baik, sekaligus mengakhiri sifat-sifat negatif, termasuk penyakit – ringan atau berat. Gen yang membawa kepada hal-hal negatif telah di-off kan oleh keutamaan Ramadhan, dan pada saat yang sama, gen yang baik, baru dan segar, telah di-on kan.
Tapi hati-hati, selepas Ramadhan, kita kembali kepada gaya hidup lama.