Di antara keempat kasta yang disebutkan di atas itu kasta Brahmanalah yang memegang peranan yang paling penting di dalam masyarakat India. Hal ini disebabkan karena hanya para pendetalah yang dapat melakukan sesaji dengan upacara yang tepat. Hanya dengan sesaji dan upacara saj para dewaa dapat dihubungi dan dimintai pertolongan serta berkahnya. Mengingat betapa beratnya dan sukarnya melakukan sesaji yang tepat, maka yang dianggap mampu adalah kaum Brahmana. Sebagai penuntun cara-cara melakukan upacara dan sesaji, maka dibuatlah kitab Kalpasutra. Untuk upacara-upacara kecil dalam keluarga dengan tujuan keselamatan dapat dilakukan sendiri.
Kelompok masyarakat yang mula-mula menerima pengaruh dan menganut Hindu adalah raja beserta keluarganya, para bangsawan dan prajurit. Hal ini wajar karena mereka tergolong kasta yang terhormat. Selanjutnya baru diikuti oleh rakyat biasa. Akhirnya agama Hindu tersebar luas di berbagai wilayah di Indonesia, terutama Jawa, Bali dan Sumatera.
Adapun beberapa teori mengenai proses masuknya agama Hindu di Nusantara, yaitu :
- Teori Sudra.
Teori ini menyatakan bahwa penyebaran agama Hindu ke Nusantara dibawa oleh
orang-orang India berkasta Sudra, karena mereka dianggap sebagai kelompok
yang terbuang.
- Teori Waisya;
Dikemukakan oleh Profesor N.J. Krom, teori ini menyatakan bahwa golongan
Waisya (pedagang) merupakan kelompok yang berperan besar dalam penyebaran
agama Hindu. Alasannya, kelompok manusia yang paling aktif dalam melakukan
kegiatan dalam memakmurkan hidupnya mereka berusaha dalam mebuat
untuk menjalin hubungan baik dengan berbagai kelompok bangsa. Salah satu
upaya yang mereka lakukan dalam membuat ikatan dengan penduduk tempat
adalah melalui pernikahan dengan wanita-wanita pribumi. Pada gilirannya,
pernikahan itu melahirkan generasi-generasi Hindu yang menanamkan
pengaruh agama tersebut di Nusantara.
- Teori Ksatria.
Teori yang antara lain dikemukakan oleh Prof.Dr.Ir.J.L. Moens ini
berpendapat bahwa golongan bangsawan danatau Ksatria-lah yang menyebarkan
agama Hindu di Nusantara. Adapun proses penyebaran agama tersbut teutama
dilakukan melalui cara kolonisasi (pendudukan). Teori ini mendasarkan
argumentasinya dengan menunjukkan fakta bahwa ada banyak nama kerajaan
maupun raja-raja Nusantara yang memakai nama India seperti Kalingga,
Mulawarman, Purnawarman dan sebagainya.
- Teori
Brahmana. Teori yang dilontarkan oleh J.C. van Leur ini meyakini bahwa
kaum brahmana (pendeta) merupakan factor utama penyebaran agama Hindu di
Nusantara. Adapun proses penyebarannya terutama didasarkan anisiatif para
penguasa pribumi yang meminta mereka datang untuk mengajarkan agam Hindu
di dalam istana.
Dari keempat teori ini, penyebaran agama Hindu di NusanDari keempat teori ini, penyebaran agama Hindu di Nusantara oleh kaum brahmana adalah yang paling masuk akal, alasannya yaitu :
- Di dalam agama Hindu hanya golongan Brahmana yang berhak dan mampu menyebarkan agama karena sifat tertutup dari kitab Weda terhadap kasta lainnya.
- Prasasti Nusantara yang pertama menggunakan bahsa Sansekerta sedangkan di India sendiri bahasa itu hanya digunakan dalam kitab suci dan upacara keagamaan. Jadi kaum Brahmana yang mengerti dan menguasai penggunaan bahasa tersebut.
Sebagian besar ahli sepakat bahwa masuknya pengaruh unsur-unsur Hindu-Budha ke Nusantara melalui kegiatan pelayaran dan perdagangan. Adanya hubungan kebudayaan Indonesia dengan India menyebabkan kebudayaan Indonesia mengalami beberapa perubahan, sebagai berikut;
- Indonesia memasuki zaman sejarah. Masuknya kebudayaan India mengantarkan masyarakat Indonesia untuk mengenal tulisan dengan menggunakan huruf Pallawa dan bahasa Sanskerta. Bukti tertua adanya tulisan di Indonesia adalah tugu batu bertulis (‘yupa’) peninggalan kerajaan Kutai awal abad ke-5 M. Sejak itu Indonesia telah meninggalkan zaman prasejarah.
- Bergesernya kepercayaan ‘animisme-dinamisme’ menjadi kepercayaan Hindhu-Budha. Namun kepercayaan Hindhu-Budha tidak menjadikan kepercayaan animism dan dinamisme menjadi benar-benar hilang. Hindu-Budha dipeluk dalam tataran lahir, sedangkan batin orang Jawa tetap ‘animisme-dinamisme.
Terjadinya perubahan susunan masyarakat, sebagai berikut;
- Pengelompokan masyarakat dalam kasa-kasta,
- Munculnya jabatan raja.