Pada awalnya, ‘monyet’ berubah menjadi manusia sejak mereka (monyet) telah mengenal ‘seni’ kurang lebih 200.000 tahun yang lalu. Tidak saja meraka (monyet) tingkat apresiasinya tinggi tetapi mereka juga menghasilkan karya seni lukis. Jejajk-jejak karya lukis mereka yang diabadikan di dalam gua-gua sampai saat ini dapat kita nikmati. Nah, jika manusia di zaman modern tidak faham, tidak apresiatif, tidak mempunyai empati terhadap karya seni, maka sebenarnya kita adalah monyet yang berwujud ‘manusia’.
Jejak-jejak manusia yang melibatkan ‘otak-kanan’ dalam proses perjalanan hidupnya akan berbeda dengan jejak-jejak manusia yang hanya memfungsika belahan ‘otak-kirinya’. Kita dapat membayangkan Eropa jika pada zaman renaisance di sana tidak pernah hidup sekumpulan seniman. Sulit untuk mengingkari kenyataan peninggalan karya seni yang amat indah di Masjid-Masjid Kordoba, istana El Hambra, Masjid-Masjid di Esfahan, Taman Gantung di Babylonia pada permulaan abad ke 7 yang pernah dibuat oleh manusia seniman (Candi Borobudor pada abad yang sama dibangun oleh ‘roh-halus’).
Bandingkan dengan jejak-jejak ‘perang’ yang ditinggaqlkan oleh manusia yang tidak mencintai keindahan. Pusat peninggalan peradaban manusia di Bagdhad yang porak poranda, peninggalan peradaban di Palestina, peninggalan sejarah di Yerusalem tempat Nabi Isa pernah hidup yang sekarang porak-poranda adalah buah jejak-jejak manusia yang tidak menghargai keindahan.
Seni, (salah satunya seni lukis) adalah bagian dari unsur budaya yang bersifat universal. Menurut Koentjoroningrat, bahwa kebudayaan universal terdiri dari 7 unsur yaitu; system religi dan upacara keagamaan; system dan organisasi kemasyarakatan; system pengetahuan; bahasa; kesenian; system mata pencaharian hidup; system teknologi dan peralatan. Oleh karena seni itu universal maka tidak ada polarisasi dalam berkesenian, tidak ada seniman ‘elite’ dan seniman kampungan, dan tidak boleh seorangpun bertindak sebagai ‘wasit’, bertindak sebagai ‘imam’, ‘pendeta’ mapun ‘hakim-seni’; ini lukisan indah, bagus, dan ini lukisan tidak bagus.
Seniman adalah manusia yang kaya ide kreatif dan inovatif. Seniman dapat merubah dunia. Seniman dapat merubah dirinya yang ‘monyet’ menjadi manusia yang tidak saja berfikir kuantitatif juga berfikir secara kualitatif. Tidak peduli apakah seniman ‘bangsawan’ seniman ‘pusat’ maupun seniman daerah, maupun seniman l’art brut yang berkasta ‘sudra’.