Manusia sudah mengenal cara berhitung pada massa lampau peradaban kuno. Bilangan
mulai dikenal manusia kuno sejak mengenal kebudayaan peradaban manusia di zaman
kuno. Pada zaman manusia kuno, berhitung hanya dipakai untuk menghitung benda
- benda dan kemudian barulah manusia kuno menggunakan jari tangan mereka
sebagai alat berhitung.
Zaman Batu Tua sistem berhitung sejalan dengan perkembangan kebudayaan
manusia pada masa itu. Salah satu cirinya adalah sikap pasif mereka terhadap
alam yang menyebabkan pengetahuan berhitung mereka berkembang sangat lambat.
Taraf permulaan masyarakat manusia itu, pengertian mereka akan berhitung masih
kualitatif yaitu hanya bisa membedakan jumlah seperti “satu, dua dan banyak.”
Namun kemajuan berhitung pada Zaman Batu Muda masih terbatas yaitu hanya
bilangan-bilangan bulat saja.
Sejarah berhitung tidak lepas dari sejarah kebudayaan manusia karena
pada dasarnya manusialah yang mengembangkan serta menggunakan berhitung sebagai
alat yang ampuh di dalam kehidupan mereka. Perkembangan zaman menuntut manusia
untuk mengenal lebih untuk menghitung satuan. Sejarah berhitung dan tahapannya
menurut zaman dan pusat kebudayaannya adalah sebagai berikut ;
- Zaman
purbakala - tahun 600 SM Mesopotamia dan Mesir Kuno
- Tahun 600 SM - tahun 450 Yunani Kuno
- Tahun 450 - tahun 1200 Hindu-Arab
- Tahun 1200 - tahun 1600 Eropa Lama
- Tahun 1600 - sekarang seluruh dunia
Kelima tahap diatas menunjukkan secara garis besar pertumbuhan berhitung
dari zaman kuno hingga saat ini. Disamping pusat-pusat pertumbuhan berhitung
yang tercantum dalam penahapan tersebut, masih terdapat tempat lain yang ikut
mengembangkan atau mematangkan berhitung pada masa lampau, antara lain Cina
Kuno dan Amerika Lama. Mereka sudah sampai pada bilangan-bilangan bulat yang
sederhana. Kemampuan membilang dan berhitung berkembang terus.
Suku bangsa
sungai Murray pada waktu itu sudah dapat membilang dengan dasar dua, suku dari
kepulauan Andaman, dapat membilang dengan bilangan dasar tiga, suku bangsa di
New Hebrides sudah dapat membilang dengan bilangan dasar lima dan suku bangsa
di bagian Barat Selat Torres juga sudah dapat membilang dengan bilangan dasar
dua. Suku bangsa Indian Tamanacus di sungai Orinoco menyatakan bilangan lima
sebagai jari-jari tangan, sepuluh sebagai kedua tangan, lima belas sebagai
seluruh jari-jari kaki, dan dua puluh sebagai satu Indian. Sampai sekarang,
dasar membilang dengan dua puluh juga masih di temukan dalam masyarakat kita
berupa satuan kodi. Berikut ini adalah sistem membilang beberapa suku bangsa
sebelum mereka menggunakan jari-jari tangan.
Di Benua Amerika bangsa Inca (kini
Negara Peru) bahkan tidak mengenal tulisan sekalipun tetapi mereka telah mampu
berhitung sampai bilangan yang cukup besar. Alat untuk berhitung mereka yaitu
untaian tali yang bersimpul-simpul dan susunan simpul-simpul itulah yang
mengajukan bilangan. Mereka juga telah mengenal bilangan nol sehingga mereka
mampu menghitung sampai melebihi sepuluh ribu.
Di daerah Mesopotamia (kini Negara Iraq), sekitar 4.000 tahun yang
lampau, terdapat Sumeria dan kemudian Babilonia. Sistem berhitung mereka
menggunakan bilangan dasar enam puluh atau seksagesimal. Besar kemungkinan
bilangan enam puluh itu berasal dari kelipatan dua belas sedangkan bilangan dua
belas itu sendiri berasal dari jumlah bulan dalam setahun. Sisa-sisa berhitung
secara seksagesimal masih saja kita temukan sekarang ini dalam besaran derajat
sudut dan jam.
Kebudayaan di Mesopotamia, dengan Sumaria dan Babilonia berkembang
sesudah Zaman Batu Muda sehingga bilangan pun telah mereka nyatakan dalam
tulisan dengan tulisan bilangan-bilangan diatas bilangan dasar melalui
pengulangan dan penggabungan bilangan dasar itu. Hal inilah yang menghambat
mereka untuk mengungkapkan bilangan-bilangan yang bernilai besar. Mereka lebih
senang menggunakan perbandingan atau perumpamaan untuk mengungkapkan bilangan
yang besar dari pada harus dinyatakan dengan bilangan.
Dasar berhitung di Mesir Kuno menggunakan sistem desimal. Kecuali satuan
menit dan detik, satuan berhitung yang masih belum berdasarkan bilangan desimal
kini berangsur-angsur diubah ke dalam sistem desimal seperti halnya mata uang
Inggris dan Australia, pengukuran dan penimbangan di Inggris dan Amerika
Serikat. Namun sistem berhitung desimal bukanlah sistem satu-satunya yang
praktis untuk dipergunakan. Teknologi telah memilih sistem berhitung
sesungguhnya semua bilangan dapat dipergunakan sebagai dasar berhitung. Pemilihan
bergantung kepada sifat masalah atau alat yang kita pergunakan.